BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan luka merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh perawat. Prinsip utama dalam menejemen perawatan luka adalah pengendalian infeksi karena infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar disamping masa perawatan yang lebih lama, sehingga biaya perawatan di rumah sakit menjadi lebih tinggi (Morison, 2003).
Statistik untuk prevalensi dan insiden luka terbuka tercatat 60.052 kasus di Victoria pada tahun 1996. Insiden di Indonesia 3.581.927 setiap tahun, 298.493 per bulan, 68.883 per minggu, 408 per jam dan 6 per menit yang penyebabnya karena kecelakaan transportasi ataupun kecelakaan kerja (Anonymous, 1996). Catatan kecelakaan lalu lintas selama mudik tahun 2004, di jalur utama selatan Jawa Tengah yang melintasi wilayah antar kabupaten terbukti cukup rawan terjadi kecelakaan. Hanya dalam selang waktu satu setengah minggu ini, terjadi 45 peristiwa kecelakaan lalu lintas.. Selain itu data bencana gempa bumi di Yogyakarta per 31 Mei 2006 pukul 10.00 tercatat sebanyak 8.686 luka berat, 541 luka sedang dan 6457 luka ringan. Dari data yang diperoleh menunjukkan tingginya angka kejadian luka terkontaminasi baik yang disebabkan kecelakaan transportasi, kecelakaan kerja ataupun karena bencana alam (data kompilasi satkorlak daerah, media center menko kesra, 2006).
Dari data yang di peroleh di Kabupaten Rembang terjadi kecelakaan sebanyak 514 pada Tahun 2010 (data POLANTAS REMBANG)
Proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama yaitu inflamasi yang ditandai dengan adanya mengeluaran mediator nyeri akibat kerusakan integritas kulit sehingga mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah, hal ini mengakibatkan aliran darah di sekitar luka tinggi dan muncul tanda kemerahan, hangat, edema serta nyeri. Fase berikutnya adalah destruksi, proliferasi sel dan maturasi (Morison, 2003).
Selengkapnya silahkan klik link di bawah ini :
0 komentar:
Posting Komentar