Sebuah Kata Tak Berucap

|

Sebuah Kata tak berucap



Inginku memandang indahmu
tapi dengan apa aku melihat?
Sedang mata berbalut sendu
membutakan apa yang telah tersirat

Inginku ungkap rasa hati
tapi dengan apa aku berkata?
sedang bibir ini terkunci
pada kekakuan bisik tak berujar makna

Inginku menggapai pelukmu
Tapi dengan apa kurangkulkan
sedang lengan terikat takutku
Percayaku terkikis pada kerutnya angan

Inginku tambatkan cinta pada labuhan
Tapi dengan apa aku jangkarkan
Bila tancapnya lukai harapan
Tak lagi berbisik hasrat pada pujaan

inginku uraikan makan cinta
Tapi dengan kata apa yang pantas
bila kalimat lainkan makna jujurnya
dan akhirnya cinta terhempas..



suatu bulan ditahun 2004
T.T.
Hud3

(tak ada cinta yang tak abadi

KTI KEBIDANAN : Adakah hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri tentang menstruasi dengan perilaku kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di

|


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja semakin menjadi perhatian di seluruh penjuru dunia. Dalam peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja Perlu adanya pembinaan kesehatan reproduksi remaja dimana bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan prilaku hidup sehat bagi remaja, untuk  mengatasi masalah yang ada. Pengetahuan yang memadahi dan adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara sehat, diharapkan para remaja mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi sehat (Widyastuti, 2009).
1
 
Dalam masyarakat kita sering menemukan berbagai pandangan, pendapat, persepsi, dan kepercayaan tentang suatu hal yang dipercaya oleh masyarakat karena dianggap benar, padahal belum tentu benar. Pandangan yang sering muncul dan berkembang dalam masyarakat karena beberapa hal, yaitu penyampaian informasi yang kurang tepat atau kurang lengkap, penyampaian informasi terlalu berlebihan sehingga menimbulkan sikap diskriminasi dikalangan remaja atau masyarakat terhadap berbagai masalah, salah satu diantaranya mengenai masalah menstruasi. Salah satu mitos yang sering terdengar diantaranya adalah bahwa remaja yang sedang menstruasi dianggap kotor dan sakit. Sebenarnya, menstrusi tidak membuat remaja perempuan menjadi kotor dan sakit. Namun memang benar jika sedang haid remaja putri harus menjaga kebersihan, seperti mengganti pembalut (Hafsah, 2004).
Menurut penelitian hasil dari partisipan dari 23 negara sepertiga responden mengatakan  mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya sampai menjalani haid berikutnya karena tidak ada kesiapan dari awal haid/menarche termasuk untuk menjaga kebersihan Dari survei tersebut, para wanita itu mengatakan mereka yang tidak pernah tahu masalah haid, tidak mengerti cara menjaga kebersihan alat kelamin pada saat haid (Diaz, 2006).
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan. Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Oleh karena itu kebersihan daerah genetalia harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi dengan adanya keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang akan subur tumbuhnya pada saat haid.
Salah satu cara tindakan untuk menjaga kebersihan vagina saat menstruasi, yang perlu kita lakukan adalah mengganti pembalut sekitar empat sampai lima kali dalam sehari dan secara teratur membasuh bagian di antara vulva (bibir vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut (mild) setiap habis buang air kecil, buang air besar, dan ketika mandi. Yang penting adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva di luar vagina sedangkan dampak yang terjadi jika kebersihan vagina tidak terjaga akan memungkinkan terjadinya infeksi vagina dan vaginitis yaitu peradangan pada vagina yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri yang hidup disana. Tanda atau gejala paling umum adalah munculnya cairan yang berwarna putih keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap, jika mengalami kejadian seperti ini, jangan segan-segan segera hubungi dokter untuk periksa (Putra, 2008).
Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan dalam masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orangtua kita sejak kita masih kecil. Tetapi, karena orangtua sering kali tidak merasa nyaman membicarakan masalah seksual, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ seksual jarang kita dapatkan dari mereka, Lebih lanjut dr. Inong menekankan agar para orang tua berusaha mendekati putra-putrinya sebagai teman, Orang tua harus pandai dan bijak dalam menanamkan nilai-nilai agama, pengetahuan dan menyampaikan informasi pendidikan seksual kepada anak-anaknya. Sebab penderita penyakit seksual sekarang ini bukan hanya orang dewasa saja, namun anak-anak pun sudah mulai menjadi korban. Kita harus mengajarkan cara-cara menjaga kebersihan daerah intim sejak dini kepada anak-anak kita terutama untuk yang wanita (Nazwar, 2007).
Selengkapnya silahkan klik link berikut download

KTI MATERNITAS: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. J ( G2P2A0 ) POST PARTUM HARI KE-8 DENGAN INVERSIO UTERI DAN RUPTUR PERINEUM

|


BAB I
PENDAHULUAN


A.          Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup tertinggi di ASEAN. Menempatkan upaya penurunan angka kematian ibu sebagai program prioritas. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi sebagai penyebab kesakitan, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis.
Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetric yang sering tak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijakan Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu adalah mengupayakan agar semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih, rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus tersedia 24 jam dan obat-obatan esensial bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.
Karena persalinan dan kelahiran merupakan kejadian psikologi yang normal maka kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Selain itu tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatiakn aspek sayang ibu.
(Saefudin, 2000 : 100)
Komplikasi obstetrik yang sering tak dapat diperkirakan sebelumnya, seperti peristiwa inversion uteri dapat menyebabkan meninggalnya penderita.  Kejadian tidak banyak 1 : 5000 persalinan bahkan banyak yang melaporkan 1 dalam 20.000 persalinan walaupun jarang terjadi, komplikasi yang disebabkannya cukup serius bila tidak segera dikenal dan ditatalaksana dengan baik.  Timbulnya perdarahan dan syok ringan diduga disebabkan oleh atonia uteri. sedangkan akibat dari tindakan untuk mengatasi inversio uteri biasanya terjadi rupture pada perineum. 
( Sarwono Prawiroharjo, 1998 :  442  )
Melihat dari uraian diatas membuat penulis tertarik untuk membuat askep dengan judul  “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.  J (G2P2A0) POST PARTUM HARI KE-8 DENGAN  INVERSIO UTERI DAN RUPTUR PERINEUM DI RUANG MELATI RS. Dr. R.  SOETIJONO BLORA”.

Selengkapnya silahkan klik link berikuy.... DOWNLOAD

Asuhan Kebidanan PKK III: Askeb Keluarga resti dengan tiga balita dalam satu rumah

|

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.           KELUARGA
1.         Definisi
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (UU No. 10 1992).
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya (BKKBN, 1992).
Keluarga adalah unsur terkecil dalam masyarakat yang memberikan pada individu (anggota keluarga) mengenai norma dari nilai – nilai yang mengatur kehidupan masyarakat sebagai tatanan sosial (menurut ilmu sosial ).
Keluarga adalah kumpulan tiga  orang / lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu memiliki peranan masing-masing (Friedman, 1998).
Keluarga resiko tinggi adalah suatu keadaan dimana dalam keluarga tersebut ada salah satu atau lebih faktor resiko khususnya dalam bidang kesehatan.
Balita adalah anak umur satu tahun sampai dengan lima tahun (Soetjiningsih, 1995). 

Selengkapnya klik link berikut : Download

 

©2009 HUDENIZIA BLOG | Template Blue by TNB