KTI KEBIDANAN : Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku Dalam Menghadapi Menopause

|

BAB I
PENDAHULUAN

Menopause merupakan suatu keadaan saat daur haid pada wanita berhenti. Hal ini disebabkan oleh lenyapnya folikel telur yang tersisa atau menjadi kurang sensitif terhadap perangsangan hormon otak FSH dan LH yang juga mengalami perubahan. Sel telur yang tersimpan didalam indung telur sudah terbentuk sejak masa didalam rahim. Pada saat pubertas sel telur berjumlah sekitar 300.000. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 4000 yang mampu bertahan hidup dan menjadi matang. Sebenarnya pada saat menopause masih tersisa beberapa sel telur, akan tetapi sensitifnya terhadap hormon sudah hilang. (Hanny Ronosulistyo, 2004)
Secara umum sebagian besar perempuan mulai memasuki masa menopause pada usia 49-52 tahun. Mengacu hasil penelitian bahwa usia harapan hidup perempuan Indonesia bertambah menjadi rata-rata 69 tahun. Maka sekitar 20-30 tahun atau sepertiga lama hidupnya, perempuan dalam keadaan menopause. (www. Google. Com).
Karena indung telur telah berhenti menghasilkan sel telur sehingga produksi hormon estrogen dan progesteron berkurang maka timbul tanda-tanda seperti perubahan datang bulan, merasa sangat panas atau berkeringat yang disebut hot flushes, vagina terasa kering, dan perubahan emosi yang mendadak. Tanda-tanda tersebut akan segera menghilang setelah tubuh terbiasa dengan keadaan yang kekurangan estrogen tersebut. (A. August Burns,  2000).
Dengan berhentinya aktivitas indung telur, maka sistem endokrin menjadi kacau- balau fungsinya, sehingga mengakibatkan kekacauan pula pada fingsi-fungsi organis dan fungsi psikis lainnya. Dengan tingkat pengetahuan yang berbeda maka berbeda pula penerimaan perubahan-perubahan ini. Sikap yang agak menonjol dan kadang-kadang memperlihatkan tingkah laku aneh-aneh yang menyebabkan periode ini disebut “usia berbahaya” atau gevaarlyd leeftyd. (Aisyah Dahlan, 1978)
   Pada tahun 1980, Utian melakukan pada 1000 wanita usia klimakterium di Inggris. Dalam penelitian sebanyak 16% wanita tersebut tanpa keluhan, 62% wanita merasakan adanya gejolak rasa panas tetapi umumnya tidak mengganggu kegiatan kehidupan sehari-hari. Ternyata hanya 10-15% dari wanita-wanita tersebut memerlukan pengobatan. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI,1993:51)


SELENGKAPNYA SILAHKAN KLIK LINK DOWNLOAD

Askep Fibroadenoma

|

BAB I
KONSEP DASAR

  1. Pengertian
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan fibrosa.
(Raybun E. William, 2002 :219)
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang paling sering terjadi pada wanita. Tumor ini terdiri dari gabungan antara kelenjar dan fibrosa.
Dari beberapa pendapat dan referensi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian fibroadenoma mammae adalah suatu tumor jinak pada kelenjar dan fibrosa  pada payudara.
 Selengkapnya silahkan klik link Download

Askep Syok

|

BAB I
PENDAHULUAN
               Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang sangat mudah memberikan suatu manifestasi klinik apabila timbul gangguan pada tubuh. Salah satu gangguan tersebut dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap suatu obat. Erupsi obat alergi atau allergic drug eruption itu sendiri ialah reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat dengan cara sistemik. Berbagai bentuk akibat dari reaksi tersebut dapat terjadi syok dan yang terburuk adalah kematian.
               Apabila terjadi syok maka langkah pertama untuk bisa menanggulangi syok adalah harus bisa mengenal gejala syok itu sendiri. Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Langkah kedua dalam menanggulangi syok adalah berusaha mengetahui kemungkinan penyebab syok.
               Syok anafilaktik merupakan salah satu dari resiko pemberian obat baik melalui suntikan ataupun cara lain sehingga kemungkinan terjadinya reaksi pada pemberian obat harus selalu dipertimbangkan. Selain itu juga karena faktor alergen makanan. Reaksi anafilaktik terjadi sebagai akibat dari reaksi antigen-antibodi dan antigennya dapat berasal dari obat atau makanan. Reaksi ini dapat berkembang menjadi suatu kegawat daruratan berupa syok akut, gagal nafas, henti jantung dan kematian mendadak.
               Sejauh ini belum didapatkan angka kejadian yang tepat terhadap kasus alergi obat yang dapat menimbulkan syok anafilaksis, tetapi berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, studi epidemiologi, uji klinis terapeutik obat dan laporan dari dokter, diperkirakan kejadian alergi obat sehingga timbul syok anafilaktik adalah 2% dari total pemakaian obat-obatan atau sebesar 15-20% dari keseluruhan efek samping pemakaian obat-obatan pada 2,7% dari 48.000 pasien yang dirawat. Meskipun mendapatkan penanganan, 60-85% berakhir dengan kematian.


Selengkapnya silahkan klik link Download

DDST (Denver Developmental Screening Test).

|


BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Anak merupakan harapan keluarga, penerus generasi dan pengisi masa depan bangsa. Dimana jika anak sehat maka bangsapun akan kuat dan sejahtera. Anak selalu memiliki ciri khas yaitu selalu berubah dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan. Tumbuh kembang anak dipengaruhi berbagai kondisi dari dalam diri anak maupun dari luar yaitu lingkungan. Berbagai rangsang akan mempengaruhi segi fisik, kognitif, sosial dan emosionalnya. Pendekatan perkembangan berorientasi kontekstual memberi penekanan pada interaksi antara individu dengan lingkungan yang memungkinkan perubahan sepanjang rentang kehidupan. Lingkungan yang paling dekat dengan anak dan berpengaruh langsung adalah keluarga, pelayanan kesehatan, sekolah, tempat penitipan anak, teman sebaya dan tetangga. Sejak seseorang lahir, keluarga sebagai lingkungan makro yang akan secara terus-menerus mempengaruhi perkembangan seorang anak.
Tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan kurun waktu yang kritis bagi anak karena mempengaruhi tumbuh kembang selanjutnya. Tumbuh kembang otak sangat pesat terjadi selama sebelum lahir dan selama 2 tahun pertama. Hambatan pertumbuhan selama 3 tahun pertama kehidupan kemungkinan besar akhirnya pada saat dewasa akan berperawakan pendek. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa periode intrauterin dan balita seluruhnya merupakan periode kritis dimana kelainan/penyimpangan apapun apabila tidak dideteksi secara dini dan tidak ditangani pada waktunya akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia kelak di kemudian hari. Keluarga harus waspada terhadap penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anaknya dan berpartisipasi dalam deteksi dini penyimpangan perkembangan dengan pemeriksaan rutin pada tenaga kesehatan pada tahun-tahun pertama. Dimana untuk mendeteksi adanya penyimpangan itu dengan menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test). DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode screening yang baik. Hasil test ini dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasi antara sebagian besar bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan dan ternyata pada follow up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian. Begitu banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan deteksi dini terhadap perkembangan anak, maka penulis tertarik untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan anak usia 0-6 tahun dengan DDST.

Selengkapnya silahkan klik link Download

 

©2009 HUDENIZIA BLOG | Template Blue by TNB