Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran ( katarak congenital ). Dapat juga berhubungan karena trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti diabetes miletus atau hipopara tiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari ( ultraviolet ) yang lama, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.
Untuk mengetahui selengkapnya silahkan klik berikut ini
Dalam dunia masa kini yang terus-menerus berubah terdapat banyak sumber tekanan, frustasi dan konflik yang menimbulkan stress fisik dan mental pada kita, baik perorangan maupun kelompok. Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara somato-psiko-sosial. (Maramis, 2005, p. 118).
Gaya hidup dan persaingan hidup menjadi semakin tinggi, hal ini disebabkan karena tuntutan akan kebutuhan ekonomi, sandang, pangan, dan papan, pemenuhan kebutuhan kasih sayang, rasa aman dan aktualisasi diri dapat berakibat tingginya tingkat stress dikalangan masyarakat. Jika individu kurang atau tidak mampu dalam menggunakan mekanisme koping dan gagal dalam beradaptasi maka individu akan mengalami berbagai penyakit baik fisik maupun mental (Rasmun 2004, p. 1).
Prevalensi gangguan kesehatan jiwa di Indonesia menurut hasil study Bahar dkk (1995) adalah 18,5 %, yang berarti dari 1000 penduduk terdapat sedikitnya 185 penduduk dengan gangguan kesehatan jiwa atau tiap rumah tangga terdapat seorang anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Jika hasil studi dapat dijadikan dasar maka tidak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi berkisar antara 20-60 per 1000 penduduk, seperti yang tercantum pada sistem kesehatan nasional. (Hamid, 2000)
Gangguan jiwa yang banyak ditemukan adalah gangguan jiwa berat atau biasa disebut skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra ,SpKJ dari Sanatarium Dharmawan Jakarta Selatan. Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai diusia 16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga sedarah.
Salah satu jenis skizofrenia adalah skizofrenia katatonik yang memiliki gambaran klinis, seperti stupor, gaduh gelisah, menampilkan posisi tubuh tertentu dan mempertahankannya negativisme, ragiditas, serta “Command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah dan pengulangan kata serta kalimat). Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik atau alkohol dan obat-obatan serta dapat terjadi pada gangguan afektif (Stuart, 2006). Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal.
Salah satu gejala umum skizofrenia adalah halusinasi, halusinasi ada beberapa macam dan salah satunya adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Klien dengan halusinasi pendengaran dan penglihatan seringkali mendengar suara-suara dan melihat suatu objek yang langsung ditunjukkan pada klien dan biasanya isi suara dan objek yang dilihat tersebut tidak menyenangkan, bersifat menghina dan menuduh. Hal ini menyebabkan klien tidak tenang, gelisah, merasa tidak aman, dan akhirnya menimbulkan kekerasan yang berkepanjangan. (Rasmun, 2001)
Gangguan persepsi yang paling sering terjadi adalah halusinasi. Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksteren : persepsi palsu. (Maramis, 2005)
Dengan melihat begitu banyaknya orang yang terkena gangguan jiwa, penulis tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Ganguan Persepsi Sensori Halusinasi Pedengaran dan Penglihatan di RSJP Prof. Dr. Soeroyo Magelang.
Selengkapnya silahkan klik link download di bawah ini:
Tuberculosis paru adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Basil mycrobacterium tuberculosis yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosisjaringan. Infeksi ini dapat mengenai berbagai organ didalam tubuh yang paling sering terkena adalah jaringan paru.
Sebelum masa perang dunia II tuberculosis paru merupakan penyakit yang sangat ditakuti, karena dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan kalaupun sembuh akan memberikan kecacatan. Dengan ditemukannya obat-oat anti tubercolosis (OAT) terutama yang bersifat bakterisid, pengobatan terhadap penyakit ini mengalami kemuajuan pesat.
Walaupun penyakit ini sudah dapat disembuhkan dengan OAT, tetapi dinegara yang sedang berkembang penyakit ini masih tetap merupakan masalah kesehatan yang utama.
Di Indonesia penyakit tuberculosis paru menduduki urutan keempan untuk angka kesakitan, setelah influensa, infeksi saluran nafas akut dan broncitis, serta merupakkan penyebab kematian nomer empat setelah infeksi saluran nafas bawah, diare dan jantung koroner. Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : rendahnya penghasilan, kepadatan Penduduk, tingkat pendidikan yang rendah, serta pengetahuan kesehatan yang kurang dari masyarakat. (Faisal, 2006).
Dari hasil surve ke puskesmas Banjarejo terdapat yang dilakukan oleh mahasiswa PKL, pada tanggal 22 Juni 2010 di desa Sumberagung .................. Sedangkan di dukuh Temboro didapatkan 6 penderita tuberculosis paru dan sekarang menjalani pengobatan, pengobatan dilakukan secara teratur. ada satu penderita suspek tetapi tidak mau periksa karena keterbatasan biaya. Dari data tersebut penulis terdorong untukmemberikan Asuhan Keperawatan pada Keluarga Tn.M dengan masalah utama TB paru.
Diabetes melitus merupakan penyakit menurun yang ditandai dengan glukosa dalam darah melebihi normal, yang disebabkan gangguan proses maupun sekresi insulin. Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik yang akut seperti diabetes ketoasidosis. Hiperglikemia jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis dan komplikasi neuropati, manifestasi klinis dari diabetes melitus antara lain : 3 poli (polidipsia, poliuria, polifogia) kesemutan, rasa gatal, kelemahan tubuh, luka yang tidak sembuh-sembuh, infeksi seluran kemih, kenaikan kadar glukosa dalam darah 100-200 mg atau lebih. (www.wartablog.co.id)
Ulkus Diabetes melitus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir yang proses timbulnya dimulai dari cidera jaringan lunak kaki, pembentukan fisura antara jari-jari kaki/didaerah kulit yang kering/pembentukan sebuah kalus. (Smeltzer and Bare, 2002 : 1276)
Indonesia menempati urutan ke 4 penderita Diabetes Melitus di dunia survey WHO tahun 2002 jumlah penderita diabetes meliutus di Indonesia 17 juta orang (86% dari jumlah penduduk). Indonesia menempati urutan terbesar ke 4 setelah India, Cina dan Amerika Serikat. (www.wartablog.co.id)
Dari studi epidemiologi diabetes melitus di Indonesia, angka kejadian kasus ini cenderung meningkat, khususnya didaerah perkotaan. Di Jakarta, penelitian yang dilakukan dr. Sarwo Waspadji (1982) menyebutkan kejadian diabetes melitus 1,7% (di Kecamatan kota Jakarta Utara). Penelitian di desa abadi jaya Depok pada tahun 2001 oleh Enyunir, dkk menunjukkan kejadian Diabetes Melitus 13,6%, peningkatan kasus Diabetes Melitus di Pengaruhi oleh beberapa faktor seperti perubahan pola gaya hidup, perubahan struktur asia karena angka harapan hidup meningkat. Selain itu beberapa faktor resiko turut berperan dalam kejadian diabetes melitus, yaitu usia lebih dari 45 tahun berat badan lebih (obesitas), hipertensi, gangguan metabolisme lemak, riwayat keturunan diabetes melitus dan melahirkan anak dengan berat badan lebih dari 4 kg. (www.wartablog.co.id)
Dengan melihat bahwa Indonesia menempati urutan ke 4 penderita diabetes melitus di dunia dengan angka 17 juta orang (86% dari jumlah penduduk). Maka penanganan tentang diabetes melitus tidak hanya sekedar berkaitan dengan pengobatan dan pengendalian kadar gula darah. Melainkan erat hubungannya dengan perawatan luka dan masalah yang lebih kompleks lainnya (pencegahan komplikasi) untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan ahli dnegan bidangnya khususnya dalam hal perawatan pada pasien dengan diabetes melitus. (www.wartablog.co.id)
Telah diketahui oleh semua orang bahwa penyakit diabetes melitus dapat terjadi pada siapapun tanpa disadari dengan adanya tanda-tanda sering merasa haus, rasa ingin BAK terus menerus, kaki terasa kram atau kesemutan, dan bila terdapat luka biasanya lama untuk sembuh, pada tahun 2007 Indonesia menduduki urutan ke 5 setelah negara Cina, hampir 56% dari jumlah penduduk Indonesia. Untuk di Jawa Tengah sendiri penyakit diabetes melitus menyerang + 2600 warga. Dengan pengobatan yang rutin, pemantauan gula patah, pola hidup sehat, dan diet yang teratur maka penyakit ini dapat tertangani. (www.kompas.co.id)
Data yang penulis dapatkan saat melakukan ujian klinik di rumah sakit rembang pada tanggal 30 juni 2010 di ruang bougenville didapat 4 orang pasien yang menderita ulkus DM.
Melihat latar belakang yang terjadi pada penyakit diabetes melitus yang semakin banyak ditemukan di masyarakat maka penulis ingin menyajikan dalam bentuk karya tulis dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. J dengan ulkus Diabetes melitus di Ruang Bougenville RSU dr R. Soetrasno Rembang.
Sesuai dengan literatur yang penulis baca, ada beberapa pengertian tentang tuberkulosis diantaranya adalah sebagai berikut :
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis, akut atau sub akut yang disebabkan oleh basilus tuberkulosis (Tucker, S.M, 1998, 257).
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Manjoer, 2000 : 472).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterum tuberculosa. (Princes and Wilson, 1995 : 753).
Isselbacher (1999) menyatakan, “Demam (fever, febris) adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkandian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termogulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior” (p.97)
Carpenito (2000) menyatakan, “Febris adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,8oC peroral atau 38,8oC perektal karena factor eksternal.” (p.21)
Menurut Nelwan (1996, p:409)
“Febris (demam belum terdiagnosa) adalah suatu keadaan seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas 38,3oC dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa febris adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkandian yang normal (lebih tinggi 37,8oC peroral atau 38,8oC perektal) sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior. (Isselbacher, 1999, p.97; Carpenito, 2000, p.21)
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.Saat ini hipertensi diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Sekitar 10-30% penduduk dewasa dihampir semua negara mengalami hipertensi. Armilawaty yang telah mengutip dari Pujdi mengungkapakan, 90-95% hipertensi tidak diketahui penyebabnya. Sementara 5-10% disebabkan penyakit lain, seperti gangguan ginjal, gangguan pembuluh darah, dan penyakit pembuluh darah bawaan. Bila dilihat dari golongan usia, prevalensi hipertensi ternyata makin banyak seiring dengan bertambahnya usia (Armilawaty, 2007).
Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyrakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus ditahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus ditahun 2025. Prediksi didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan penambahan penduduk saat ini (Clerence, 2007).
Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 5% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resiko, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Di Irian Jaya angka penderita hipertensi sebanyak 0,6%, Talang Sumatra Barat 17,8%, Jawa Tengah 1,8% (Armilawaty 2007).
Di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang ditemukan data penderita penyakit hipertensi yang menjalani rawat inap pada tahun 2005 sebanyak 288 orang, pada tahun 2007 sebanyak 236 orang, pada tahun 2007 sebanyak 263 orang, pada tahun 2008 sebanyak 288 oramg. Sedangkan pada tahun 2009 pada bulan januari sampai dengan april sebanyak 91 orang penderita hipertensi ( Rekam Medis RSUD dr. R. Soetrasno Rembang).
Dengan demikian angka mordibitas pasien hipertensi terus meningkat dari tahun menahun. Karena begitu besarnya kasus hipertensi,dalam menanganinya tidak hanya intervensi medis yang perlu dilakukan, akan tetapi intervensi keperawatan dengan penerapan asuhan keperawatan pada hipertensi yang bertujuan menurukan tekanan darah dan pemeliharaan tekanan pada tingkat normal sehingga dapat menurunkan angka modibitas. Hal ini termasuk program pemeliharaan kesehatan pada hipertensi, pembatasan diet yang ketat disamping intevensi farmakologi dengan diuretik atau obat anti hipertensi.
Sebagai mahasiswa Poltekkes Depkes Semarang Prodi Keperawatan Blora, yang memperoleh pendidikan teori di bangku kuliah, melihat hal-hal tersebut di atas dituntut adanya kemampuan untuk memberikan karya dan pengetahuannya dalam bidang perawatan. Dalam hal ini penulis menyajikan dalam bentuk karya tulis dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi di Ruang Melati RSU dr. R. Soetrasno Rembang.