BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup tertinggi di ASEAN. Menempatkan upaya penurunan angka kematian ibu sebagai program prioritas. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi sebagai penyebab kesakitan, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis.
Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetric yang sering tak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijakan Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu adalah mengupayakan agar semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih, rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus tersedia 24 jam dan obat-obatan esensial bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.
Karena persalinan dan kelahiran merupakan kejadian psikologi yang normal maka kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Selain itu tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatiakn aspek sayang ibu.
(Saefudin, 2000 : 100)
Komplikasi obstetrik yang sering tak dapat diperkirakan sebelumnya, seperti peristiwa inversion uteri dapat menyebabkan meninggalnya penderita. Kejadian tidak banyak 1 : 5000 persalinan bahkan banyak yang melaporkan 1 dalam 20.000 persalinan walaupun jarang terjadi, komplikasi yang disebabkannya cukup serius bila tidak segera dikenal dan ditatalaksana dengan baik. Timbulnya perdarahan dan syok ringan diduga disebabkan oleh atonia uteri. sedangkan akibat dari tindakan untuk mengatasi inversio uteri biasanya terjadi rupture pada perineum.
( Sarwono Prawiroharjo, 1998 : 442 )
Melihat dari uraian diatas membuat penulis tertarik untuk membuat askep dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. J (G2P2A0) POST PARTUM HARI KE-8 DENGAN INVERSIO UTERI DAN RUPTUR PERINEUM DI RUANG MELATI RS. Dr. R. SOETIJONO BLORA”.
Selengkapnya silahkan klik link berikuy.... DOWNLOAD